Sabtu, 30 Mei 2015

KEKUATAN PAJALE INDONESIA








Berdasarkan angka ramalan tersebut, produksi padi nasional tahun 2014 sebesar 70,61  juta ton GKG (setara 44,3 juta ton beras), dengan tingkat konsumsi 139,15 kg/kapita/tahun dan jumlah penduduk 252.164.800 jiwa, maka Indonesia sebenarnya sudah swasembada, bahkan surplus sebesar 4,61 juta ton beras. Persoalannya adalah distribusi, kemampuan stok/penyangga oleh Bulog, dan pihak-pihak yang berburu rente dengan impor beras, maka tingkat aman surplus beras sebaiknya adalah 10 juta ton. Dan untuk mewujudkan angka tersebut dalam tiga tahun ke depan tidaklah sulit.

Untuk komoditas jagung, kita masih impor sebesar 2,5–3 juta ton pertahun, terutama untuk kebutuhan pabrik pakan ternak. Namun demikian trend impor jagung terus menurun, dan peluang untuk swasembada cukup besar, sebab: (1) dalam 5 tahun terakhir produktivitas jagung meningkat dari 44,50 menjadi 46,64 kuintal/ha; (2) potensi produktivitas masih cukup besar, khususnya untuk jagung hibrida; dan (3) peran swasta sangat besar dalam menyediakan benih hibrida, dan petani mulai beralih dari tanam jagung komposit menjadi hibrida.

Yang cukup berat untuk berswasembada adalah kedelai. Produksi kedelai tahun 2014 sebesar 921,34 ribu ton, sedangkan kebutuhan dalam negeri 2,4 juta ton/tahun, sehingga kita masih mengimpor kedelai 1,5 juta ton/tahun, atau sekitar  60% dari kebutuhan dalam negeri. Namun demikian kita akan mampu swasembada kedelai dengan pola upaya khusus/terobosan, berupa: (1) perluasan areal tanam, paling tidak ada 1,5 juta hektar pertanaman kedelai di tahun 2017; (2) introduksi varietas unggul dengan produktivitas 2–2,5 ton/ha; (3) menaikkan harga kedelai lokal paling tidak menjadi 1,5 kali harga beras; dan (4) diberlakukan bea masuk impor kedelai.(Ir.Hantoro Tapari, Msi)

PERTEMUAN RUTIN PENDAMPING UPSUS PAJALE BOJONEGORO

 
 
 
UPSUS BJN_Kalau kita pahami secara lebih mendalam, aktivitas sosial adalah sebuah proses penyadaran masyarakat dari suatu kondisi tertentu kepada kondisi yang lain yang lebih baik. Kalau kita menggunakan istilah yang lebih populer, aktivitas semacam itu bisa juga disebut sebagai aktivitas pemberdayaan "Empowerment" untuk suatu entitas atau komunitas masyarakat tertentu. Dari statemen tersebut, maka akan termuat suatu makna bahwa sebenarnya kesadaran kritis atas realitas sosial ini pada dasarnya ada pada setiap diri manusia.
 
Hanya saja tingkat kesadaran kritis pada masing-masing orang itu kadarnya berbeda-beda. Dan aktivitas sosial adalah alat untuk menyadarkan atau memotivasi bagi munculnya kesadaran tersebut. Meskipun, sebagaimana kita ketahui, bahwa membangun kesadaran kritis atas realitas sosial itu tidaklah semudah membalik tangan, karena kesadaran itu dilingkupi oleh persoalan-persoalan sosial dan sebagainya, yang senantiasa membelenggunya. 
 
Oleh karena itu, untuk masuk pada titik sentral kesadaran kritis atas realitas, maka tidak mungkin untuk tidak membongkar, mengurai dan menganalisa persoalan-persoalan yang ada disekitar kita. Jadi, kesadaran kritis itu sangat diperlukan
 
Salah satunya kita bisa melihat dari kekompakan teman- teman Upsus pajale Bojonegoro dalam pertemuan rutin satu kabupaten sangat luar biasa, dalam kegiatan ini setiap satu minggu sekali teman- teman upsus selalu koordinasi, tukar cerita dan membahas setiap laporan serta target minggu depan. Setiap kecamatan di lapangan pasti ada masalah dan problem di situ kita bisa memecahkan masalah bersama dengan mengambil kesepakatan yang banyak yang disetujui teman-teman. Pembahasan permaslahan yang sangat kompleks dipetani memicu teman-teman untuk lebih berfikir keras.

Senin, 18 Mei 2015

KEGIATAN TIM UPSUS KECAMAATAN KEPOHBARU

Progress Report Tim Pendamping Upsus Kecamatan Kepohbaru


Catatan ini akan diawali dengan sebuah curhatan. Akhir-akhir ini handphone lebih banyak bordering dari hari-hari sebelumnya, setelah dicek pasti pemberitahuan di grup WA BoJoNeGoRo PaJaLe (Iki sapa sing nggawe grup kok jenenge gede cilik kaya jaman alay biyen hahaha guyon). Disana teman-teman sesama pendamping sibuk memberikan catatan dan pembuatan blog, juga ‘pamer’ kegiatan. Awalnya kami sedikit rishi, tapi yawislah berarti tim teman-teman pendamping UPSUS Bojonegoro ini semangatnya memang sedang On Fire, dan kami tim pendamping UPSUS Kepohbaru tak mau ketinggalan tren kekinian internal pendamping. Diawali dari satu mingu yang lalu, Senin 11 Mei 2015, tim pendamping UPSUS Pajale pertama kali dikumpulkan dalam sebuah forum resmi. Bertempat di aula Kodim 0813 Bojonegoro, disana selain introduksi mengenai program juga dilakukan pembagian kluster dan penempatan wilayah kerja, koordinasi antar tim pendamping dan pertemuan dengan Komandan Koramil yang juga dilibatkan dalam pendampingan Upsus. Pertemuan senin itu menghasilkan beberapa hal, penempatan wilayah kerja dan pembuatan grup WA untuk memudahkan koordinasi pendamping Upsus Bojonegoro. Pertemuan hari itu ditutup, untuk kemudian hari selanjutnya langsung mengadakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait di Kecamatan masing-masing.
Kecamatan Kepohbaru mendapat jatah 4 pendamping, Siti Muhayarotin, Raymundus Boli, Firman Sentot Abintara dan Ravi Bachtiar sebagai ketua tim. Minggu pertama kami jalani dengan berbagai koordinasi yang susah-susah gampang. Banyak kendala yang dihadapi, namun dengan sigap tim mampu menyelesaikannya satu demi satu.  Minggu pertama kami lalui hanya dengan koordinasi dengan berbagai pihak, dengan Koramil, Kecamatan, Desa yang mendapat program UPSUS dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian). Dari koordinasi dengan kepala BPP/UPTD Kecamatan Kepohbaru, kami mendapati fakta yang sedikit membuat terkejut, bahwasannya pencairan dana Upsus belum terealisasi. Jumat 15 mei 2015 kami segera menuju kantor Kecamatan guna bertemu pak Camat membahas masalah ini sembari menyerahkan surat tugas. Pembicaraan berakhir dan menghasilkan kesepakatan bahwa pada senin, 18 mei 2015 akan diadakan rapat koordinasi di kantor kecamatan.

Senin, 18 mei pukul 13.00 WIB rapat dilaksanakan. Rapat yang difasilitasi pak camat ini dihadiri oleh 8 kepala desa penerima program UPSUS, Komandan Koramil Kepohbaru, kepala BPP, Mantri pengairan, dan tim pendamping UPSUS. Rapat berjalan baik dan mengena ke inti pembicaraan dengan diselingi beberapa guyonan renyah. Rapat koordinasi ini pertama adalah membahas seputar pencairan dana UPSUS. Tiap kepala desa diminta untuk segera menyelesaikan proposal dan RAB agar segera dapat dilaporkan ke Dinas Pertanian untuk percepatan pencairan dana UPSUS, waktu satu minggu disanggupkan dengan mantab oleh para kepala desa yang terlibat. Kami dari tim pendamping diwanti-wanti oleh Danramil untuk selalu mendampingi dan mengawasi penggunaan dana UPSUS, dan semua pihak setuju dengan baik dan menyatakan kesetiaannya untuk melaksanakan tugas masing-masing dengan sebaik dan sejujurnya. Rapat dilanjutkan dengan pembahasan seputar kondisi pertanian wilayah Kepohbaru. “Iki terus terang pak Danramil, nek dalam waktu satu minggu kedepan ora ana banyu sing dialiri pengairan lan ‘pengeran’, wistalah sawah ning Kepohbaru iki langsung Wassalam…!!”, Pak camat membuka percakapan pembahasan kedua, yang kemudian langsung diamini Kades-Kades yang hadir. Menurut Kades Balongdowo, aliran air didapat dari waduk Pacal. Pengairan dari waduk Pacal berjalan baik, namun ditengah jalan terjadi kecurangan yang dilakukan oleh sebut saja pihak X. Pihak X ini disebut Kades Balongdowo sebagai “Begal banyu pengairan” karena memang karenanya air tak sampai tepat sasaran di kecamatan Kepohbaru. Diskusi mengenai permasalahan ini melibatkan Mantri Dinas Pengairan Kepohbaru yang segera memberi penjelasan seputar permasalahan dan kemudian meminta pertolongan kepada pihak Militer untuk melakukan sidak dan pematauan di lokasi yang diduga terjadi kecurangan. Diskusi berakhir dengan beberapa hasil dan kesepakatan yang akan segera ditindak lanjuti oleh berbagai pihak terkait.
Rapat berakhir sekitar kurang lebih pukul 15.00 dan kami undur diri dari kantor kecamatan. Pulangnya kami tim pendamping UPSUS mampir disebuah warung pinggir jalan. Secangkir kopi telah dipesan. Sembari membahas rencana agenda pendampingan program UPSUS yang akan dilakukan dalam hari-hari depan, harum aroma kopi yang mencubit hidung tak kuasa tertahankan. Manisnya hidup terasa setelah berlelah-lelah, monggo disruput kopine cah…


Salam.


Tim Pendamping UPSUS Pajale Kecamatan Kepohbaru

KEIKUTSERTAAN PENDAMPING UPSUS PAJALE DALAM KEGIATAN PENYULUH



UPSUS BJN _ Semangat pendamping UPSUS PAJALE Bojonegoro dalam menjalankan tugasnya sangat perlu kita apresiasi, dalam hal ini dari beberapa kecamatan sangat proaktif dalam membantu penyuluh dan bersinergi dengan babinsa, pemerintah desa dalam hal pertanian.

Salah satunya kecamatan Balen yang selalu berkoordinasi dengan penyuluh dan  pemerintah setempat dalam kegiatan tadi para pendamping juga diminta ikut membantu dalam pembinaaan penyuluh swadaya yang diadakan tadi oleh Dinas pertanian Kabupaten Bojonegoro yang dihadiri dari perwakilan penyuluh swadya kecamatan balen dan Kecamatan Sukosewu.

Tidak kalah semangatnya kecamatan sumberjo yang mengadakan pertemuan kelompok tani yang menirima upsus dan kemudian melakukan surve lokasi JIT untuk wilayah Kecamatan sumberjo. Masih banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan teman-teman pendamping upsus disetiap kecamatan bersama penyuluh terjun kemasyarakat atau membantu masyarakat seperti yang dilakukan pendamping kecamatan kapas dalam menyiapkan lomba desa yang akan dilakukan dikecamatan Kapas.




Minggu, 17 Mei 2015

PRODUK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KWT PUTRI TANI DS. DRAJAT, BAURENO, BOJONEGORO, JAWA TIMUR







UPSUS BJN _ Inovatif bagi wirausaha merupakan proses mengubah peluang usaha yang terdapat didaerah sekitar menjadi suatu gagasan dan ide-ide yang dapat dijual. PUTRI TANI Ds. Drajat merupakan salah satu contoh kelompok wanita tani yang berinovatif untuk mengolah hasil pertanian mereka menjadi suatu produk. Hal ini dilakukan dengan tujuan melihat peluang usaha di daerah tempat tinggal mereka.
Salah satu contoh produk olahan hasil pertanian KWT PUTRI TANI Ds. Drajat yaitu Susu Kedelai, Jamu Beras Kencur, dan Jamu Kunir Asem. Produk tersebut mungkin sudah sering berada di pasaran, namun untuk proses pengemasan mereka telah mengadopsi dari produk-produk yang dijual di supermarket, sehingga produk yang dijual lebih bermutu. Pengemasan yang praktis, mudah disimpan, mudah dibawa, dan berlabel dapat menjadi nilai tambah dalam penjualan produk. Sehingga konsumen juga lebih tertarik untuk membeli dan mengkonsumsinya.
Untuk produk Susu Kedelai, Jamu Beras Kencur, dan Jamu Kunir Asem “PUTRI TANI“ dijual pada kemasan botol plastik 600ml dengan harga Rp 6000/botol. Harga tersebut cukup terjangkau bagi masyarakat sekitar, dimana rasa dan kualitas yang enak dan berkhasiat dapat menjadi obat tradisional bagi kesehatan masyarakat. Untuk pemasaran sementara produk Susu Kedelai, Jamu Beras Kencur, dan Jamu Kunir Asem “PUTRI TANI“ hanya diwilayah Kabupaten Bojonegoro. Hal ini dikarenakan KWT PUTRI TANI Ds. Drajat belum dapat memenuhi permintaan konsumen diwilayah Bojonegoro karena terkendala oleh tenaga pemasaran. Namun masyarakat dapat membeli produk PUTRI TANI dengan berkunjung kesentra produksi di Ds. Drajat, Baureno, Bojonegoro, Jawa Timur.(by.tata)

Jumat, 15 Mei 2015

PENDAMPINGAN SLPTT SWADAYA KWT PUTRI TANI


UPSUS BJN_ Semangat dan kekompakan dari ibu ibu kelompok wanita tani Desa Drajat perlu kita tiru, sebagai generasi muda generasi penerus bangsa selayaknya kita perlu menumbuhkan rasa memiliki khusunya bidang pertanian, menumbuhkan semangat untuk meningkatkan kesejahtraan petani dengan mendampingi petani, menjebatani anatara petani dan pemerintah.

Semakin hari minat dari temen -temen muda akan pertanian semakin turun, pertumbuhan penduduk semakin hari semakin bertambah otomatis kebutuhan pangan juga akan bertamabah jika tidak di imbangi dengan teknologi dan sistem yang baru pertanian jangka paajng negri kita akan mahal pangan, sebagai agen perubah kita dituntu ikut serta terjun dalam menumbuhkan minat temen - temen jangan sampai pertanian di buat jalan terakhir. Kita harus bangga dengan tanah alam yang dimiliki bangsa kita.

Melihat sekarang hampir petani kita usianya sudah pada tua dan transfer teknologi mutlak diperlukan maka dari itu tugas kita lah menumbuhkan minat dari temen temen muda, Dari melihat semangat KWT Putri Tani mari bersama -sama kita wujudkan Kedaulatan Pangan Harga Diri Bangsa Kita Ditangan Pemuda Pemuda.

Salam Pertanian...!!!

TARGET UPSUS


UPSUS BJN_Pemerintahan Jokowi benar benar serius untuk menggulirkan program swasembada pangan untuk mencapai kedaulatan pangan. Tidak nanggung nanggung untuk memenuhi target tersebut pemerintah tidak hanya menyiapakan berbagai strategi melalui program teknis lapangan, namun tahun 2015 melalui persetujuan DPR Kementerian Pertanian mendapatkan kucuran dana yang sangat besar dibandingkan tahun tahun sebelumnya melalui Upaya Khusus (UPSUS).
Upsus lebih diarahkan pada pencapaian komoditas utama yaitu swasembada padi, jagung dan kedelai yang menjadi kebutuhan pangan utama masyarakat. Untuk mencapai swasembada 3 komoditas tersebut pemerintah melakukan kegiatan operasional pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai.
Upsus swasembada padi, jagung dan kedelai melalui pendekatan operasional:
Pertama, Rehap Jaringan Irigasi. Salah satu faktor penunjang utama pertumbuhan dan pencapaian produksi adalah ketersediaan air secara kontinu. Secara umum kondisi sistem irigasi nasional terutama sekunder dan tersier mengalami kerusakan yang luar biasa. Untuk memperbaiki dan mengembangkan kerusakan tersebut, kementeriaan pertanian dengan berkoordinasi dengan kementeria PU melakukan perbaikan secara nasional untuk menunjang peningkatan produksi.
Kedua, Bantuan Pupuk. Salah satu kendala petani dalam berproduksi adalah didapkan pada kelangkaan pupuk dan harga yang relatif mahal. Hal ini mempengaruhi capaian produksi atau pendapatan petani. Kebijakan bantuan pupuk akan memberikan gairah petani untuk menanam sehingga kepastian produksi dapat dicapai.
Ketiga, Bantuan Benih. Permasalahan perbenihan terjadi secara nasional, tidak hanya terkendala jumlah namun juga dihadapkan pada ketersediaan varitas unggul yang belum menyebar keseluruh petani. Masih banyak petani yang menggunakan varitas lokal/produksi rendah sehingga mempengaruhi potensi hasil yang maksimal. Bantuan benih akan mengurangi biaya produksi petani.
Keempat, Pengembangan Sistem Benih UnggulBenih unggul merupakan kebutuhan dasar petani dalam mencapai optimalisasi hasil lahan per hektar. Untuk itu pemerintah secara nasional menumbuhkan dan mengembangkan penangkar penangkar benih, melalui pengembangan Kebun Bidit Daerah (KBD) disetiap provinsi. Diharapkan dengan KBD yang optimal petani mendapatkan kepastian benih untuk berusaha tani setiap musim.
Keenam, Bantuan Tractor R2dan R4 untuk menunjang pra produksi dan alat alat pertanian untuk mendukung pasca panen. Secara umum petani nasional masih kekurangan terhadap kepemilikan alat alat tersebut atau masih menggunakan sistem bajak tradisional demikian halnya dengan penganganan setelah panen. Upaya ini ditempuh pemerintah untuk mempercepat pengolahan tanah sehingga target/capaian tanam lebih cepat, selain itu dengan alat alat tersebut akan menghemat pemakaian tenaga kerja.
Ketujuh, Keterkaitan Industri Tahu, Tempe dan Pakan Ternak. Usaha pertanian selama ini belum dioptimalkan hasilnya, karena belum terbangun sistem integrasi. Pengoptimalan fungsi dari kotoran ternak misalnya, akan mampu meningkatkan produksi pupuk organik sekaligus sebagai sumber energi, misalnya energi listrik. Untuk itu industri tahu, tempe dan pakan ternak harus terintegrasi sehingga mampu dioptimalkan fungsi masing masing komoditas dalam menunjang nilai tambah bagi petani.
Kedelapan, Pengembangan Dryer. Petani mendapatkan hambatan dalam pengotimalan hasil panenya karena kesulitan dalam peningkatan kualitas hasil. Pengembangan dryer
Meruapakan salah satu terobosan untuk memudahkan petani untuk penanganan setelah panen, sehingga petani lebih cepat untuk menjual hasilnya. Biaya penggilingan yang tinggi menjadi beban petani, dryer mempercepat proses pengeringan padi sehingga mempercepat penggilingannya.
Kesembilan, Peningkatan Penyerapan Jagung Lokal oleh Industri Pakan. Permasalahan petani didapakan adalanya harga yang relatif murah sementara biaya produksi lebih tinggi. Pada saat panen raya petani berhadapan dengan harga yang rendah dan pemebelian yang minim. Dalam upaya meningkatan produksi petani jagung dan mengairahkan usahataninya, maka industri lokal dituntut untuk membeli produksi tersebut.
Kesepuluh, Penumbuhan Pabrik Pakan Mini Sentra Produksi. Upaya ini sangat memberikan semangat dan manfaat pada petani/peternak. Selama ini peternak khususnya mengalami kesulitan dalam mendapatkan pakan ternaknya, sehingga mempengaruhi capaian hasil. Dengan didirikanya sentra pakan tersebut selain peternak mendapatkan kepastian kebutuhan pangan, juga berdampak pada murahnya harga harga pakan yang selama ini pabrik pakan bersifat monopoli.
Kesebelas, Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil. Untuk mempercepat proses penjualan padi/gabah pemerintah memberikan solusi dengan perbaikan dan pengembangan penggilingan padi kecil ditengah tengah petani. Petani tidak perlu melakukan perjalanan/jarak tempuh yang jauh untuk menggiling padinya dan mengurangi biaya operasional mereka. Penggilingan padi kecel sangat bermanfaat bagi petani.
Kesebelas upaya tersebut diharapkan mampu bersinergi dnegan baik, sehingga upaya pencapaian swasembada pangan tidak hanya berupa angan angan dan mimpi tapi menjadi kenyataan. Upaya ini tentunya harus mendapatkan daya dukung penuh semua pihak khsusnya pemerintah daerah dengan optimalisasi peran penyuluh dilapangan.